Terjadinya peleburan budaya pastinya juga akan memengaruhi pola hidup trulum beberapa orang yang terkena arus globalisasi, di mana keperluan hidup setiap orang juga akan berkembang dan jadi kompleks bersamaan dengan menambahnya nilai dan budaya yang mereka yakini.
- Efek Globalisasi Pada Keperluan Pangan
Satu diantara keperluan yang dipercaya selalu berkembang dalam masa globalisasi ini yaitu keperluan juga akan pangan. Perkembangan teknologi info tidak beda membawa efek pada perubahan alur mengkonsumsi pangan orang-orang yang sekarang ini relatif semakin banyak konsumsi type makanan cepat saji, makanan paket, dan makanan awetan yang berkesan praktis.
Terkecuali memprioritaskan segi praktisnya, beberapa besar customer pangan juga akan mencari product makanan yang mempunyai cita rasa yang lezat, di mana lalu produsen juga akan berlomba hasilkan product pangan yang lezat, yakni lewat cara tingkatkan kualitas gizi pangan dari product yang dibuat.
Apa Itu Bahan Penambahan Makanan (BTM)?
Untuk tingkatkan kualitas gizi pangan dari satu product, produsen biasanya memberikan bahan penambahan pangan atau makanan (BTM) kedalam setiap product. Menurut Anwar (2004) bahan penambahan makanan (BTM) dipakai untuk memperoleh dampak spesifik umpamanya untuk melakukan perbaikan struktur, rasa, tampilan, dan perpanjang daya taruh. Berlainan dengan toksin, Bahan Penambahan Makanan (BTM) yaitu bahan yang ditambahkan ke pada makanan untuk memengaruhi karakter maupun bentuk makanan (Yuliarti, 2007).
Manfaat BTM
Ketentuan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 325/MEN. KES/VI/1979 mengelompokkan bahan penambahan makanan (BTM) dalam beragam jenis peranan, salah nya ialah jadi penyedap rasa dan aroma (Puspitasari, 2000).
Penyedap rasa atau bumbu masak sekarang ini telah umum dipakai orang-orang. Beberapa besar orang-orang terasa masakan juga akan hambar tanpa ada di beri penyedap. Menurut Saparinto dan Hidayati (2009) penyedap rasa ditambahkan untuk menaikkan kelezatan pada masakan dengan memberi rasa umami (gurih), diluar itu juga berperan untuk menyingkirkan rasa yg tidak dikehendaki dari satu bahan makanan dan bertindak dalam memperkuat rasa pada setiap masakan (Pramadi, 2008).
Satu diantara bahan penambahan makanan (BTM) yang dipandang bisa memengaruhi kelezatan rasa satu product makanan yaitu Monosodium glutamat (MSG).
Monosodium Glutamat (MSG)
Monosodium glutamat (MSG) yaitu bentuk garam dari asam glutamat yang berupa kristal putih yang memiliki ukuran begitu kecil.
Asam glutamat sendiri adalah satu diantara type diantara 20 asam amino yang membuat protein pada badan. Asam amino sendiri ada yang berbentuk esensial dan ada juga yang berbentuk non-esensial.
Asam amino esensial yaitu asam amino yg tidak bisa di produksi badan hingga untuk memperolehnya membutuhkan konsumsi dari luar seutuhnya seperti lewat makanan. Asam glutamat termasuk juga kedalam asam amino non-esensial sebab bisa di produksi sendiri oleh badan.
Pemakaian MSG di China & Indonesia
Monosodium glutamat (MSG) yang umum dimaksud vetsin atau micin sudah lama dipakai jadi penyedap makanan. Negara-negara asia adalah customer sekalian produsen MSG paling besar di dunia. Pada th. 2014 China menyumbang semasing sekitaran 65% dan 55% untuk produksi dan mengkonsumsi MSG dunia, dan Indonesia sendiri tempati posisi ke-2 jadi negara produsen dan customer MSG paling besar dunia (IHS Chemical, 2017).
Mengkonsumsi MSG di Indonesia
Angka produksi MSG Indonesia cukup besar, namun angka keperluan MSG dalam negeri juga besar. Rata-rata angka mengkonsumsi MSG di Indonesia diprediksikan sebesar 99. 705, 9 ton, hingga diperlukan impor dari China untuk memenuhi keperluan itu.
Rata-rata mengkonsumsi MSG orang Indonesia yaitu sebesar 0, 12 kg/kapita/th. dan untuk anak-anak sekolah sekitaran 0, 06 kg/kapita/th. (Winarno 2004). Menurut data Indochemical diacu dalam Taufiqurohman et al. (2001) selama th. 1999 Indonesia konsumsi 119 ribu ton MSG yang jika dihitung dengan jumlah masyarakat sama juga dengan 550 gr/kapita/th., atau kurang lebih 15 gr satu hari. Jumlah itu yaitu lebih tiga kali lipat dari batas keamanan yang jual trulum dinyatakan oleh FASEB (Federation of American Societies for Experimental Biology) dan FDA di Amerika Serikat dengan batas mengkonsumsi harian sebesar 120 mg/kg berat tubuh.
Di negara-negara barat, garam dapur adalah sumber paling utama natrium. Sedangkan di Indonesia, selain garam dapur dan ikan asin, sumber beda natrium yang mungkin yaitu MSG. Memakai MSG atau mecin jadi bahan penambahan makanan telah jadi rutinitas untuk orang-orang Indonesia.
Beberapa orang-orang berasumsi kalau makanan merasa hambar jika tidak ditambahkan mecin. Terkecuali untuk menaikkan cita rasa makanan, mecin juga dipakai untuk menyingkirkan rasa-rasa yg tidak dikehendaki dari beberapa bahan makanan itu. Mecin seolah-olah telah jadi bumbu paling utama setiap masakan Indonesia.
Bahaya Memakai MSG dan Garam Dengan Bersamaan
Diluar itu, mecin banyak juga dipakai pada beberapa makanan cepat saji karena pemakaiannya yang praktis. Pemakaian mecin dan garam yang berbarengan berikut yang mengakibatkan kandungan natrium pada badan yang tinggi dan meningkatnya peristiwa darah tinggi di Indonesia.
Mengkonsumsi garam yang terlalu berlebih mempunyai efek negatif untuk kesehatan. Menurut American Heart Association (2014), mengkonsumsi garam yang terlalu berlebih bisa tingkatkan resiko hipertensi, stroke, tidak berhasil jantung, osteoporosis, kanker perut, penyakit ginjal, batu ginjal, pembesaran otot jantung, dan sakit kepala.
Penyakit Hipertensi di Indonesia
Hipertensi adalah satu diantara efek yang muncul karena mengkonsumsi garam yang terlalu berlebih. Hipertensi termasuk juga dalam sepuluh penyakit paling mematikan di Indonesia (CNNIndonesia). Hipertensi tempati posisi ke-5 pada daftar ini.
Mecin merpakan satu diantara bahan penambahan makanan yang memiliki kandungan natrium. Natrium adalah unsur yang ada dalam garam. Mengkonsumsi mecin bisa tingkatkan konsumsi natrium. Mecin cuma memiliki kandungan kurang lebih 1/3 dari jumlah natrium dalam garam. Mecin memiliki kandungan 12% natrium jika dibanding dengan garam dapur yang memiliki kandungan 40% natrium. Mengkonsumsi mecin berbarengan dengan garam dapur yang terlalu berlebih bisa tingkatkan resiko peristiwa hipertensi.
Hipertensi dan MSG
Mecin dicurigai jadi penyebabnya paling utama dari hipertensi. Riset dikerjakan untuk ketahui dampak dari makanan yang ditambahkan mecin. Berdasarkan satu riset diketemukan kalau tak ada jalinan pada mecin dan hipertensi, namun temuan ini bertentangan dengan riset terlebih dulu.
Selanjutnya, diketemukan jalinan yang kuat pada mengkonsumsi mecin dan hipertensi, namun tidak bisa diterangkan tentang dampak mecin pada desakan darah. Oleh karenanya, kita bisa berdasar pada riset terdahulu yang dikerjakan oleh Bruce Neal (2006) yang menyebutkan kalau sodium (MSG) memiliki jalinan yang berarti pada peristiwa hipertensi.
Pemakaian mecin dan garam dapur sebaiknya tidak dikerjakan berbarengan. Hal semacam ini diperuntukkan untuk hindari mengkonsumsi garam yang terlalu berlebih. Untuk mengakali, saat menaikkan cita rasa pada makanan bisa ditukar dengan pemberian sedikit gula. Diluar itu, butuh diperhatikan mengkonsumsi makanan paket yang biasanya memiliki kandungan mecin dan garam.
Mengkonsumsi makanan paket ini terlebih camilan mesti dibatasi. Diinginkan dengan pembatasan pemakaian dan mengkonsumsi garam berbarengan dengan mecin bisa hindari dari resiko hipertensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar